It's about waiting the Right one and Choose to being Alone at here..

It's about waiting the Right one and Choose to being Alone at here..

Powered by Blogger.

About Me

My photo
i'm only want to be an extraordinary girl in the ordinary way that always try to become a shaleeha girl,...

Friends

Friday, September 18, 2015

Tidak Harus Melupakan

No comments :
Repost :  http://tmblr.co/ZbO5Ct1kwdu_W

Saya percaya, pada suatu masa saya akan dipertemukan dengan seseorang yang dengan mengenalinya tiada kekhawatiran bagi saya untuk segera mengunjungi orangtuanya. Bagi saya, itulah sebenar-benarnya cinta. 

Saya tidak ingin menutup diri pada siapa pun, saya mau berkawan dengan siapa saja. Karena bisa jadi pasangan saya adalah teman saya sendiri. Tapi yang namanya kehidupan, kita tidak bisa mengontrol mana teman yang pandai memposisikan diri sebagai teman, dan mana yang cenderung terlalu mudah membawa perasaan.
Ada saat dimana hati berbisik, “Barangkali dia Nona masa depan saya. Dia yang tepat.”
Tapi dengan kesadaran yang terus berupaya saya ikat, saya selalu belajar untuk menahan diri. “Belum saatnya untuk diutarakan.”
Karena bagaimanapun, mengutarakan sesuatu yang kita sendiri belum benar siap mempertanggungjawabkannya akan menetaskan keruetan-keruetan baru.
Tapi Tuhan sungguh tak pernah terduga hendak memberikan pembelajaran macam apa. Ada saat dimana sesuatu yang kita idamkan diam-diam, yang coba kita upayakan, Tuhan menariknya dari jangkauan kita. Kecewa, iya. Sedih, sedikit. Menyesal, tidak sama sekali.
Saya selalu mencoba memahami alur kehidupan. Ketika saya mulai menggenggam harapan, saya pun turut serta membawa kesadaran sebagai pembatasnya. Maka ketika tanpa terduga harapan itu jatuh ke dalam jurang, masih ada kemungkinan bahwa saya akan nyangkut di pembatas yang saya buat, dan tentu saja saya tak perlu terlalu repot memanjat tebing jurang untuk kembali melanjutkan perjalanan.
Jika yang dimaksud banyak orang move on itu melupakan. Saya tidak butuh sama sekali. Tujuan saya masih tetap sama “Nona masa depan saya”. Entah siapa pun dia pada akhirnya–orang dari masa lalu atau orang baru–bagi saya tidak masalah.

Saya tidak hobi membuat keharusan-keharusan yang menyusahkan diri saya sendiri, melupakan kenangan misalnya. Karena saya percaya, yang namanya melupakan hanya bisa terjadi tanpa disengaja. Lalu buat apa saya susah payah berteriak, “Saya harus melupakannya, saya akan melupakannya”, kalau pada kenyataannya melupakan tak pernah bisa dilakukan dengan sengaja.
Lagi-lagi, saya akan kembali percaya pada tujuan saya. Saya hanya butuh terus berjalan, saya hanya butuh terus belajar. Hingga akhirnya Tuhan benar-benar membukakan mata saya pada yang benar bagian saya. Ketika saat itu tiba, saya akan yakin–bahkan ketika masih ada yang saya rasa belum siap, Tuhan akan berbisik pada hati saya; “ini sudah waktunya”.
Saya tidak perlu move on (melupakan) dari siapa pun, karena tujuan saya masih tetap kamu. Iya kamu, Nona masa depan saya yang masih Tuhan jaga dari ketidakmampuan saya untuk mempertanggungjawabkannya sekarang.
Saya tidak butuh menyengaja melupakan, saya juga tidak butuh menyengaja mengikhlaskan. Saya hanya butuh untuk terus berjalan, butuh terus berlatih berbuat baik, dan saya butuh untuk terus menggali pembelajaran. Itu yang saya butuhkan, cukup itu.


NB: Suka dengan tulisan di atas mewakili aku, tapi tentu aku tidak menunggu Nona masa depan, karena yang aku tunggu adalah kamu iya kamu Tuan Masa depanku, Entah itu kamu masih sosok yang ada saat ini ataukah dia sosok yang entah siapa pun itu..

No comments :

Post a Comment

Friday, September 18, 2015

Tidak Harus Melupakan

Repost :  http://tmblr.co/ZbO5Ct1kwdu_W

Saya percaya, pada suatu masa saya akan dipertemukan dengan seseorang yang dengan mengenalinya tiada kekhawatiran bagi saya untuk segera mengunjungi orangtuanya. Bagi saya, itulah sebenar-benarnya cinta. 

Saya tidak ingin menutup diri pada siapa pun, saya mau berkawan dengan siapa saja. Karena bisa jadi pasangan saya adalah teman saya sendiri. Tapi yang namanya kehidupan, kita tidak bisa mengontrol mana teman yang pandai memposisikan diri sebagai teman, dan mana yang cenderung terlalu mudah membawa perasaan.
Ada saat dimana hati berbisik, “Barangkali dia Nona masa depan saya. Dia yang tepat.”
Tapi dengan kesadaran yang terus berupaya saya ikat, saya selalu belajar untuk menahan diri. “Belum saatnya untuk diutarakan.”
Karena bagaimanapun, mengutarakan sesuatu yang kita sendiri belum benar siap mempertanggungjawabkannya akan menetaskan keruetan-keruetan baru.
Tapi Tuhan sungguh tak pernah terduga hendak memberikan pembelajaran macam apa. Ada saat dimana sesuatu yang kita idamkan diam-diam, yang coba kita upayakan, Tuhan menariknya dari jangkauan kita. Kecewa, iya. Sedih, sedikit. Menyesal, tidak sama sekali.
Saya selalu mencoba memahami alur kehidupan. Ketika saya mulai menggenggam harapan, saya pun turut serta membawa kesadaran sebagai pembatasnya. Maka ketika tanpa terduga harapan itu jatuh ke dalam jurang, masih ada kemungkinan bahwa saya akan nyangkut di pembatas yang saya buat, dan tentu saja saya tak perlu terlalu repot memanjat tebing jurang untuk kembali melanjutkan perjalanan.
Jika yang dimaksud banyak orang move on itu melupakan. Saya tidak butuh sama sekali. Tujuan saya masih tetap sama “Nona masa depan saya”. Entah siapa pun dia pada akhirnya–orang dari masa lalu atau orang baru–bagi saya tidak masalah.

Saya tidak hobi membuat keharusan-keharusan yang menyusahkan diri saya sendiri, melupakan kenangan misalnya. Karena saya percaya, yang namanya melupakan hanya bisa terjadi tanpa disengaja. Lalu buat apa saya susah payah berteriak, “Saya harus melupakannya, saya akan melupakannya”, kalau pada kenyataannya melupakan tak pernah bisa dilakukan dengan sengaja.
Lagi-lagi, saya akan kembali percaya pada tujuan saya. Saya hanya butuh terus berjalan, saya hanya butuh terus belajar. Hingga akhirnya Tuhan benar-benar membukakan mata saya pada yang benar bagian saya. Ketika saat itu tiba, saya akan yakin–bahkan ketika masih ada yang saya rasa belum siap, Tuhan akan berbisik pada hati saya; “ini sudah waktunya”.
Saya tidak perlu move on (melupakan) dari siapa pun, karena tujuan saya masih tetap kamu. Iya kamu, Nona masa depan saya yang masih Tuhan jaga dari ketidakmampuan saya untuk mempertanggungjawabkannya sekarang.
Saya tidak butuh menyengaja melupakan, saya juga tidak butuh menyengaja mengikhlaskan. Saya hanya butuh untuk terus berjalan, butuh terus berlatih berbuat baik, dan saya butuh untuk terus menggali pembelajaran. Itu yang saya butuhkan, cukup itu.


NB: Suka dengan tulisan di atas mewakili aku, tapi tentu aku tidak menunggu Nona masa depan, karena yang aku tunggu adalah kamu iya kamu Tuan Masa depanku, Entah itu kamu masih sosok yang ada saat ini ataukah dia sosok yang entah siapa pun itu..